Budidaya Bawang Daun
BAWANG DAUN
Pendahuluan
Bawang daun yang banyak dibudidayakan di Indonesia ada tiga macam, yaitu:
1. Bawang prei atau leek (Allium porum
L.), tidak
berumbi dan
mempunyai daun
yang lebih lebar dibandingkan dengan bawang merah maupun
bawang putih, pelepahnya panjang dan liat serta bagian dalam daun berbentuk pipih.
2. Kucai (Allium schoercoprasum), mempunyai daun kecil, panjang, rongga di dalam daun
kecil dan berwarna hijau, serta berumbi kecil.
3. Bawang bakung atau bawang semprong (Allium fistulosum), berdaun bulat panjang
dengan rongga dalam daun seperti pipa, kadang-kadang berumbi.
Bawang daun yang termasuk dalam famili Liliaceae ini mempunyai aroma dan rasa yang khas,
sehingga banyak digunakan untuk campuran masakan seperti soto, sop dan lainnya, dan juga
banyak dibutuhkan oleh perusahan produsen mie instan.
Persyratan Tumbuh
Bawang daun cocok tumbuh, di dataran rendah maupun dataran tinggi dengan ketinggian
250-1500 m dpl, meskipun di dataran rendah anakan bawang daun tidak terlalu banyak. Daerah
dengan curah hujan
150-200 mm/tahun dan suhu harian 18-25 0C cocok untuk pertumbuhan bawang daun. Tanaman ini
menghendaki pH netral (6,5-7,5) dengan jenis tanah Andosol (bekas lahan gunung berapi)
atau tanah lempung berpasir.
1. Benih
Benih bawang daun dapat berasal dari biji atau dari
tunas anakan (stek tunas). Tunas anakan diperoleh dengan cara memisahkan anakan
yang sehat dan bagus pertumbuhannya dari induknya. Benih bawang yang berasal
dari biji mempunyai kelemahan yaitu waktu panen yang lebih lama dibandingkan
dengan benih yang berasal dari tunas anakan.
2. Persemaian
Bibit dari stek tunas dapat langsung ditanam di
lapangan dengan terlebih dahulu mengurangi perakarannya untuk mengurangi
penguapan. Benih dari biji harus disemai dahulu sebelum ditanam di lapangan.
Media semai berupa campuran pupuk kandang dan tanah (1:1) yang telah digemburkan.
Biji disebar secara merata kemudian ditutup dengan lapisan tanah tipis (dengan
ketebalan 0,5-1 cm) dan disiram secukupnya. Bibit siap dipindahkan ke lapangan
bila telah mempunyai 2-3 helai daun.
3. Penyiapan
Lahan dan Penanaman
Lahan dicangkul dengan kedalamam 30-40 cm kemudian ditambahkan
pupuk kandang. Hal ini dilakukan karena bawang daun menghendaki tanah yang
gembur untuk pertumbuhannya. Kemudian siapkan bedengan dengan lebar 1-1,2 m
dengan panjang sesuai dengan kondisi lahan. Parit antar bedengan dibuat dengan
kedalaman 30 cm dan lebar 30 cm. Pembuatan parit sangat diperlukan agar
drainase lancar karena bawang daun tidak menyukai adanya genangan air. Jarak
tanam yang digunakan 20 cm x 25 cm, 25 cm x 25 cm atau 20 cm x 30 cm.
Penanaman dilakukan dengan cara membuat lubang
tanam kecil dan bibit atau tunas anakan ditanam dengan posisi tegak lurus dan
ditimbun dengan tanah kembali dan disiram.
4. Pemeliharaan
Penyiangan terhadap gulma dapat dilakukan bersamaan
dengan pendangiran untuk menggemburkan tanah yang mungkin mengalami pemadatan.
Selain itu diperlukan penimbunan pada pangkal batang. Langkah ini diperlukan
untuk mendapatkan warna putih pada batang semu bawang daun. Bawang daun
berkualitas mempunyai batang semu yang berwarna putih dengan panjang kurang
lebih 1/3 keseluruhan tanaman. Batang semu yang berwarna putih rasanya lebih
enak sedangkan yang berwarna hijau lebih liat sehingga kurang disukai. Penimbunan
batang sebaiknya dilakukan secara bertahap untuk menghindari pembusukan batang
dan daun terutama saat tanaman masih muda.
Penyiraman harus dilakukan terutama bila bawang
daun ditanam pada musim kemarau, sedangkan apabila ditanam dimusim penghujan drainase
harus diperhatikan dengan baik agar tidak terjadi genangan air di lahan.
Pemupukan terdiri dari pupuk kandang yang diberikan
pada saat pengolahan tanah dengan dosis 10-15 ton/ ha. Pupuk lain yang diperlukan
adalah pupuk Urea 200 kg/ha yang diberikan 2 kali yaitu pada saat tanaman
berumur 21 hari (setengah dosis) dan sisanya pada saat tanaman berumur 42 hari.
Pupuk SP 36 dan KCl juga diberikan dua kali seperti pupuk Urea, dengan dosis
pemupukan pertama SP 36 50 kg dan KCl 50 kg, dan pemupukan kedua SP 36 50 kg
dan KCl 25 kg. Pemupukan dilakukan dengan membuat larikan kurang lebih 5 cm di
kiri dan kanan batang, dan menaburkan pupuk pada larikan tersebut dan menimbunnya
kembali dengan tanah.
5. Pengendalian
Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT)
Hama yang banyak ditemukan di pertanaman bawang
daun antara lain adalah Agrotis sp. (menyebabkan batang terpotong dan putus sehingga tanaman mati), Spodoptera
exigua (ulat
bawang yang memakan daun bawang daun), dan Thrips tabaci (menghisap cairan daun). Pengendalian
ulat bawang secara mekanis dapat dilakukan dengan mengumpulkan kelompok telur
dan memusnahkannya. Pengendalian dengan pestisida harus dilakukan dengan benar
baik pemilihan jenis, dosis, volume semprot, cara aplikasi, interval maupun waktu
aplikasinya. Penyakit yang menyerang tanaman bawang daun adalah Erwinia carotovora
dengan gejala
berupa busuk lunak, basah dan mengeluarkan bau yang tidak enak, selain itu juga
serangan Alternaria
porri (bercak ungu)
yang menyerang daun. Pengendalian penyakit ini dapat dilakukan dengan
pergiliran tanaman untuk memutus siklus hidup penyakit dan sanitasi kebun agar
tidak lembab. Kondisi kebun yang kotor dan lembab menyebabkan penyakit dapat
berkembang dengan cepat.
6. Panen dan
Pascapanen
Tanaman bawang daun mulai dapat dipanen pada umur 2
bulan setelah tanam. Potensi hasilnya berkisar antara 7-15 ton/ha. Pemanenan dilakukan
dengan mencabut seluruh bagian tanaman termasuk akar, buang akar dan daun yang
busuk atau layu. Apabila bawang daun akan ditanam kembali pada pertanaman
berikutnya, maka dilakukan pemilihan tunas anakan yang sehat dan bagus
pertumbuhannya kemudian dipisahkan dari bagian tanaman yang hendak dijual. Sortasi
sederhana dilakukan dengan menggabungkan rumpun yang berdaun besar secara
terpisah dengan rumpun yang berdaun kecil. Pengikatan rumpun bawang daun
dilakukan dengan lebih dahulu memberi alas pada bagian luar rumpun sehingga
ikatan tidak langsung mengenai rumpun bawang daun. Bawang daun tidak dapat
disimpan lama, sehingga sebaiknya segera dipasarkan agar mutunya masih terjaga
saat sampai ke tangan konsumen.
Balai Penelitian Tanaman Sayuran
Pusat Penelitian dan Pengembangan Holtikultura
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Komentar
Posting Komentar