Budidaya Oyong
OYONG
Pendahuluan
Oyong (Luffa acutangula) atau ridged gourd, disebut
juga gambas, emes atau kimput (Sunda) dan
timput (Palembang). Tanaman ini termasuk dalam famili
Cucurbitaceae, berasal dari India, namun telah beradaptasi
dengan baik di Asia Tenggara termasuk Indonesia. Bagian yang dapat dimakan dari tanaman ini adalah buah muda,
kegunaan
lainnya antara lain serat bunga karangnya (bagian dalam buah
tua) digunakan untuk sabut, daunnya
digunakan untuk lalab atau dapat juga digunakan
untuk obat bagi penderita demam.
Persyaratan Tumbuh
Tanaman oyong merupakan tanaman setahun dan tumbuh dari dataran rendah hingga dataran tinggi, dapat ditanam di sawah
atau di tegalan. Tanaman ini termasuk
tanaman memanjat/ merambat. Tanaman oyong
membutuhkan iklim kering, dengan ketersediaan air yang cukup sepanjang musim. Lingkungan tumbuh yang ideal bagi tanaman
oyong adalah di daerah yang bersuhu
18–240C, dan kelembaban 50-60%. Tanaman oyong toleran terhadap
berbagai jenis tanah, hampir semua jenis tanah cocok
ditanami oyong. Untuk mendapatkan hasil yang optimal,
tanaman ini membutuhkan tanah yang subur, gembur, banyak mengandung humus, beraerasi dan berdrainase baik, serta mempunyai pH 5,5–6,8. Tanah yang paling ideal bagi budidaya oyong
adalah jenis tanah liat berpasir, misalnya
tanah latosol, aluvial, dan podsolik merah kuning
(PMK).
1.
Varietas
Varietas yang dapat dibudidayakan adalah San-C, Ping-Ann, Miriam,
san-C No. 2 (asal Known You Seed, Taiwan), dan Samson. Kebutuhan benih tiap
hektar berkisar 5-10 kg.
2.
Pembuatan Benih
Untuk memproduksi benih sendiri dapat dilakukan dengan melakukan
panen oyong kurang lebih 110 hari setelah semai (di dataran tinggi) ditandai
dengan buah yang telah berwarna coklat, kering, dan bijinya berwarna hitam.
Buah dipotong melintang, bijinya dikeluarkan, dibungkus kertas dan dikeringkan
hingga kadar air 8%. Biji disimpan dalam stoples yang tertutup rapat yang telah
diisi desikan berupa arang atau abu sekam.
3.
Persemaian
Oyong diperbanyak dengan biji. Benih oyong dapat ditanam langsung
di lapangan dengan menggunakan para-para atau teralis untuk tempat merambatnya
sulur. Apabila rambatan belum siap dan persediaan benih terbatas, benih dapat
disemaikan dulu menggunakan kantung plastik hitam yang berdiameter 5 cm yang
diisi 2 benih/ kantung. Media yang digunakan untuk persemaian berupa media
pupuk kandang dicampur dengan tanah dengan perbandingan 1:1. Bibit dapat
dipindah ke lapangan pada umur 15–21 hari atau setelah berdaun 3–5 helai.
4.
Pengolahan Tanah
a. Sistem lubang tanam
Tanah dicangkul sampai gembur. Kemudian dibuat lubang tanam dengan
ukuran 200 cm x 60 cm atau 200 cm x 100 cm. Masukkan pupuk kandang 1–2
kg/lubang tanam.
b. Sistem bedengan
Tanah dicangkul hingga gembur, kemudian dibuat bedengan
dengan ukuran lebar 260 cm, panjang disesuaikan dengan keadaan lahan, tinggi ±
30 cm, dan jarak antar bedengan ± 60 cm. Lubang tanam dibuat dengan ukuran 200
cm x 60 cm atau 200 cm x 100 cm kemudian masukkan pupuk kandang 1 – 2 kg/lubang
tanam.
c. Sistem guludan
Tanah dicangkul sampai gembur, buat guludan selebar 60 cm,
tinggi 30 cm, dan panjang disesuaikan dengan keadaan lahan dengan jarak antar
guludan ± 140 cm, kemudian masukkan pupuk kandang 1– 2 kg/lubang tanam.
5.
Penanaman dan
Pemupukan
Benih ditanam secara langsung atau melalui pesemaian. Bila ditanam
secara langsung, masukkan biji oyong sebanyak 2–3 butir tiap lubang tanam,
kemudian tutup dengan tanah setebal 1-1,5 cm. Selama satu musim tanam,
dilakukan pemupukan dengan pupuk buatan NPK (16:16:16) 300 kg + Urea 100 kg per
hektar. Pemupukan dilakukan pada saat tanam, 2, 4, 6 dan 8 minggu setelah tanam
dengan dosis masing–masing seperlima takaran dari total dosis yang dianjurkan. Pemasangan
rambatan atau para–para dilakukan saat tanaman berumur 10-15 hari setelah
tanam. Para–para bisa berbentuk huruf A, setengah lengkung, lengkungan atau
persegi panjang.
6.
Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman oyong yang biasa dilakukan adalah pemangkasan
daun, apabila daun terlalu rimbun, penyiraman dan penyiangan.
7.
Pengendalian Organisme
Pengganggu Tumbuhan (OPT)
OPT penting yang menyerang tanaman oyong antara lain kumbang
daun, ulat grayak, ulat tanah, lalat buah, busuk daun, embun tepung, antraknos,
layu bakteri dan virus mosaik. Pengendalian OPT dilakukan tergantung pada OPT
yang menyerang. Bila harus menggunakan pestisida, gunakan pestisida yang
relatif aman sesuai rekomendasi dan penggunaan pestisida hendaknya tepat dalam
pemilihan jenis, dosis, volume semprot, waktu aplikasi, interval aplikasi serta
cara aplikasinya.
8.
Panen dan Pascapanen
Pemanenan oyong dapat dilakukan berulang–ulang. Panen pertama
dilakukan pada saat tanaman berumur 40–70 hari setelah tanam. Ciri–ciri umum
buah oyong yang siap di panen antara lain adalah buah berukuran maksimum, tidak
terlalu tua, belum berserat, dan mudah dipatahkan. Produksi oyong setiap
tanaman mencapai 15-20 buah dan 8-12 ton per hektar. Buah oyong mudah rusak
sehingga pengemasan yang baik sangat diperlukan untuk memperpanjang daya
simpan, terutama jika untuk pengiriman jarak jauh. Pada suhu 12-160C, buah
oyong bisa disimpan sampai 2-3 minggu.
Badan Penelitian Tanaman
Sayuran
Pusat Penelitian dan
Pengembangan Holtikultura
Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian
Komentar
Posting Komentar