Budidaya Bawang Putih
BAWANG
PUTIH
Pendahuluan
Bawang putih (Allium sativum)
termasuk
famili Liiliaceae dan merupakan salah satu bumbu masakan yang paling populer
digunakan.
Kegunaan
lain bawang putih adalah sebagai obat tekanan darah tinggi, reumatik, sakit
gigi, kena gigitan ular, dan lain-lain.
Persyaratan
Tumbuh
Tanaman bawang putih dapat tumbuh pada
berbagai jenis tanah. Namun, tanah yang disukai adalah tipe tanah yang bertekstur
lempung
berpasir
dengan struktur tanah gembur, dengan pH 5,5-7.
1.
Persiapan
Lahan
Pembukaan lahan yaitu
membersihkan sisa-sisa tanaman sebelumnya yang berada di dalam atau di atas permukaan tanah
dilakukan dengan cara pembajakan sedalam 20-30 cm. Pembajakan dilakukan 2-3
kali dengan intensitas rata-rata satu minggu. Bedengan dibuat dengan lebar
60-150 cm dan tingginya 20-50 cm, panjang bedengan disesuaikan dengan lahan.
Parit antara bedengan untuk keperluan irigasi lebarnya 30-40 cm. Kedalaman
parit sangat dipengaruhi oleh keadaan musim. Pada musim hujan diperlukan parit yang
lebih dalam.
2.
Penanaman
Kultivar yang dapat digunakan
adalah Lumbu Putih, Lumbu Kuning dan Lumbu Hijau. Gunakan umbi bibit dengan
ukuran yang seragam dan ditanam dengan kedalaman 2-3 cm. Jarak tanam disesuaikan
dengan ukuran siung yang digunakan. Bila siung bibit bobotnya lebih besar dari 1,5
gram maka jarak tanamnya 20 cm x 20 cm, namun bila lebih kecil dari 1,5 gram
maka jarak tanamnya 15 cm x 15 cm atau 15 cm x10 cm. Untuk mendapatkan umbi
bibit dan umbi konsumsi yang baik digunakan kerapatan tanam yang rendah, namun
untuk mendapatkan produksi maksimum per satuan luas digunakan populasi yang
lebih banyak (kerapatan tinggi). Kebutuhan bibit per hektar adalah 1600 kg
(jika berat siung bibit 3 gram) atau 670 kg (jika berat siung bibit 1 gram).
3.
Pemupukan
Pupuk organik yang digunakan
adalah pupuk kandang ayam dengan dosis 10-20 ton/ha atau pupuk kandang kambing
dengan dosis 30 ton/ha. Dosis pupuk kimia yang dianjurkan per hektar adalah 200
kg N, 180 kg P2O5, 60 kg K2O dan 142 kg S. Pupuk nitrogen diaplikasikan 3 kali
selama pertumbuhan bawang putih yaitu pada saat tanam, saat pembentukan tunas
(15-30 hari setelah tanam) dan saat pembentukan umbi (30-45 hari setelah
tanam). Pupuk fosfor dan kalium diberikan sebagai pupuk dasar bersamaan dengan
pupuk kandang pada waktu tanam. Pupuk kimia cair (unsur mikro) dapat diberikan
untuk meningkatkan kualitas dan hasil umbi. Misal pupuk pelengkap cair Sitozim
dengan konsentrasi 0.25% yang disemprotkan pada daun pada umur 20 dan 60 hari
setelah tanam, pupuk daun Massmikro dengan konsentrasi 200 ppm yang
diaplikasikan 3 kali yaitu umur 3, 6 dan 9 hari setelah tanam dan pupuk Hipron
yang diaplikasikan sebanyak 2 kali dengan konsentrasi 2 ml/l.
4.
Pemulsaan
Mulsa berupa jerami padi atau
sisa-sisa tanaman yang telah mati. Pemulsaan dilakukan pada musim kemarau. Bila
dilakukan pada musim penghujan dapat menyebabkan kelembaban tanah terlalu
tinggi sehingga tidak menguntungkan bagi kehidupan tanaman. Penggunaan mulsa
dari bahan plastik tidak dianjurkan karena dapat meningkatkan suhu tanah di sekitar
perakaran dan dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
5.
Pengairan
Pengairan dilakukan dengan cara
penggenangan parit-parit diantara bedengan. Frekuensi pemberian air tergantung
pada umur tanaman. Pada awal pertumbuhannya, frekuensi pemberian air 2-3 hari sekali
sesuai dengan kebutuhan. Pada masa pembentukan tunas sampai dengan pembentukan
umbi, pemberian air dilakukan 7-15 hari sekali dengan cara yang sama. Pada saat
pembentukan umbi maksimal atau 10 hari menjelang panen tidak dilakukan
pengairan. Perbaikan drainase pada musim penghujan dapat dilakukan dengan
pemberian jerami padi atau kompos yang ditempatkan sekitar 10 cm di bawah
permukaan tanah bedengan dengan ketebalan 10 cm.
6.
Pemeliharaan
Penyiangan gulma diikuti dengan
perbaikan bedengan dengan selang waktu 20-30 hari atau disesuaikan dengan
keadaan laju pertumbuhan gulma di lapangan. Penyiangan tidak dilakukan setelah tanaman
bawang putih masuk fase generatif, karena dapat mengganggu proses pembentukan
dan pembesaran umbi.
7.
Pengendalian
Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT)
Sekitar sembilan belas OPT
diketahui menyerang tanaman bawang putih, di antaranya adalah Thrips
tabaci yang dapat menmbulkan kerusakan sebesar 80 %, Spodoptera
exigua, Fusarium sp., Alternaria porii dan Onion Yellow Dwarf Virus
(OYDV). Pengendalian dilakukan dengan sistem PHT, yaitu dengan menggunakan
benih sehat, musuh alami, pengendalian secara kultur teknis, penggunaan
perangkap, sanitasi, dan penggunaan pestisida berdasarkan ambang pengendalian. Pengendalian
dengan pestisida harus dilakukan dengan benar baik pemilihan jenis, dosis,
volume semprot, cara aplikasi, interval maupun waktu aplikasinya.
8.
Panen dan Pasca
Panen
Pada saat menjelang panen, semua
kegiatan pemupukan, pengairan dan penyemprotan pestisida dihentikan. Panen
bawang putih tergantung pada varietasnya, yaitu antara 90-120 hari setelah
tanam. Ciri-ciri tanaman siap panen adalah terjadi perubahan warna pada daun dari
hijau menjadi kuning dengan tingkat kelayuan 35-60%. Panen dilakukan dengan
cara mencabut tanaman dengan tangan pada saat cuaca cerah. Produksi umbi
mencapai 5,6 sampai 12 ton/ha Umbi hasil panen diikat sebanyak 20-30 rumpun per
ikat dan dijemur selama 15 hari sampai batangnya kering. Pengeringan umbi dapat
dilakukan dengan cara :
a.
Dijemur di bawah sinar matahari. Umbi ditutup dengan daunnya
untuk menghindari umbi bawang putih terkena sinar matahari langsung.
b. Dikeringkan dalam rak berlapis dengan cara digantung, di
kebun atau di rumah.
c. Pengasapan, yaitu dengan cara menempatkan bawang putih di atas
para-para yang berada di dapur. Panas dan asap berasal dari air yang sengaja di
masak. Para-para juga dapat digunakan sebagai tempat penyimpanan.
Penyimpanan di gudang yang difumigasi dengan tablet 55% Phostoxin dapat
memperpanjang umur umbi bawang putih sampai 8 bulan.
Badan
Penelitian Tanaman Sayuran
Pusat
Penelitian dan Pengembangan Holtikultura
Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Komentar
Posting Komentar